Oleh: Mohammad Lutfi Maula (181310015)
Illuminasionisme, atau yang jamak kita
dengar sebagai al-Isyraqqiyah, barangkali menjadi salah satu paham filsafat Timur
yang paling menarik mendapat perhatian lebih. Paling tidak bagi saya. Sebab, setelah serangan al-Ghazali melalui
Tahafutul al-Falasifah, filsafat Islam dianggap telah kehilangan tempat dan
mandek, meskipun Ibn Rusd kemudian hadir membantah al-Ghazali melalui Tahafuf
al-Tahafut. Bantahan itu tidak banyak memberikan pengaruh, karena dalam
kenyataannya di belahan Timur dunia Islam pemikiran filsafat semakin redup dan
berpindah ke belahan Barat (Spanyol). Anggapan ini sesungguhnya tidaklah tepat,
karena pada masa itu di wilayah Persia justru muncul cara pandang baru tentang
tentang filsafat yang dimunculkan oleh tokoh muslim. Sebuah “cahaya baru”. Adalah
seorang tokoh bernama Suhrawardi dengan gagasan filsafat iluminasinya (hikmah
al-israqiyah) yang hadir untuk membenahi kelemahan-kelemahan filsafat
peripatetik yang telah mendominasi pemikiran umat Islam. Secara garis besar, dapat
dikatakan Filsafat iluminasi merupakan upaya Suhrawardi memadukan rasionalitas
Aristotelian dengan perasaan beragama (dzauq) untuk dapat mencapai pengetahuan
tertinggi.
0 Komentar