Apa yang terlintas dalam benak Anda saat pertama kali mendengar kisah percintaan Layla dan Qois? Sebuah kisah cinta yang masyhur tersebut? Sebuah kisah cinta yang, konon, menginspirasi Shakespare untuk menulis Romeo and Juliet. Barangkali, saat pertama kali mendengar dan/atau membaca kegilaan Qois tersebab cintanya terhadap Layla dalam Layla dan Majnun, Anda merasakan suatu gairah atau hasrat, yang—bisa jadi—menggebu untuk menilik kembali arti penting sebuah perasaan cinta. Saya rasa, itu adalah hal yang lumrah belaka. Bagaimanapun, ketika kita mendengar, membaca, dan lebih jauh lagi, mengetahui sesuatu “yang baru”, ada ketegangan di sana yang tampaknya tak kita sadari. Kita tahu, seorang manusia mampu dan cakap mempelajari pelbagai hal di dunia ini, salah satunya mempelajari arti penting perasan cinta, umpama. Dan segala sesuatu, tak dapat dimungkiri, selalu bermula dari respons terhadap ketegangan sesuatu “yang baru”.  Begitulah, saya misalnya, ketika pertama kali mengetahui bahwa saat manusia menatap gemerlap bintang di malam hari, pada hakikatnya, tanpa disadari, manusia sedang menatap “masa lalu”. Hal ini saya ketahui ketika membaca buku Paul Davies, seorang fisikawan Inggris, The Last Three Minutes, yang telah diterjemahkan oleh Ratna Setyaningsih menjadi Tiga Menit Terakhir (KPG, 2020).

Demikianlah, selalu ada ketegangan terhadap “yang baru”. Begitu pula yang saya rasakan saat pertama kali diajar oleh Pak Ahmad Fadhil. Beliau, mengampu mata kuliah Filsafat Timur di kelas saya. Dan ini, adalah pertemuan pertama saya dengannya di kelas. Sebab, selama 6 semester saya belajar di jurusan Akidah Filsafat Islam UIN Banten, ini adalah kali pertama beliau mengajar di kelas saya.

Ya, memang bukan materi yang diampu olehnya yang saya maksud sebagai “yang baru”. Tapi “perjumpaan” dengannyalah yang saya anggap sebagai “yang baru”. Selain menarik, bertemu dengan dosen “yang baru”, sebagaimana sudah saya jelaskan, tentu saja selalu menghadirkan ketegangan. Dan terakhir, saya hanya berharap ketegangan tersebut dapat memacu saya untuk terus mempelajari segala hal yang saya tidak ketahui, dan segala hal yang pernah saya anggap saya telah mengetahuinya. Tabik. (*)

 

 

 

 

 

*Biodata Penulis

Nama: Mohammad Lutfi Maula

NIM: 181310015

Bio singkat: Lahir di Jakarta, 08 Februari 2000. Saat ini sedang menyelesaikan studi S-1 di Jurusan Akidah Filsafat Islam UIN SMH Banten.