Catatan belajar oleh: Mohammad Lutfi Maula
Mendengar awal mula kelahiran filsafat
bukan dari Yunani, melainkan dari Timur dalam kelas Pak Fadhil tempo lalu, memanglah
bukan suatu informasi yang baru. Perkara tersebut, sudah teramat sering dikaji serta
diperdebatkan oleh para pakar sejarah. Bagaimanapun, argumen yang mendukung fakta
bahwa filsafat terbit dari Timur, sama kuatnya dengan argumen yang mendukung fakta
bahwa filsafat sejatinya terbit di Yunani.
Terlepas dari perdebatan tersebut, bagi
saya, hal itu adalah suatu hal yang “biasa-biasa saja”. Dalam artian, bukan berarti
perkara tersebut tidak penting untuk diketahui atau dikaji, melainkan tak ada urgensi
dan/atau substansi yang bisa diperoleh dari perdebatan tersebut. Bagaimanapun, sampai
saat ini masih banyak yang mempertanyakan sekaligus memperdebatkan apakah Thales,
sosok yang dianggap sebagai Filsuf Pertama dari Yunani ini, benar-benar ada? Pun,
jika sosoknya benar ada, apakah Thales pernah menuliskan pemikirannya? Ya, nihilnya
karya atau “teks-teks” lainnya yang bisa memperkuat posisi Thales sebagai seorang
Filsuf, selain “teks-teks” dari para Filsuf setelahnya, menjadi salah satu alasan
perdebatan ini masih berlangsung, sampai saat ini. Dan hal ini pun, berlaku juga
bagi Socrates, umpama.
Namun demikian, hal seperti ini memang
mesti terus dipelajari, terlepas dari urgensi dan atau substansi yang kelak akan
diperoleh bagi tiap-tiap pelajar. Bagaimanapun, sejarah selalu penting untuk dikenang,
ditelisik, dibedah, serta dipahami. Sebab tanpa sejarah, yang tersisa dari manusia
hanyalah kedunguan. Tabik (*)
0 Komentar